Senin, 30 Juni 2008

Tak berasa telah begitu jauh melangkah
Menapaki setiap tapak-tapak kaki
Susuri tiap lorong waktu
Begitu banyak sudah kucobai segalanya
Ternyata …
Tak pernah kusadari
Bahwa tak pernah aku melangkah sedikitpun
Bahwa tak dapat apapun dari setiap yang kualami
Dua delapan …
Berapakah lagi sisaku
Banyakkah masih yang kupunya
Untuk rajut kembali cerita hidupku
Dapatkah masih aku kembali padanya
Diketika hari-hariku penuh warna
Entahlah …
Dari mana aku harus memulainya
Kesenangan-ku bersenja-senja ditepi telaga
Kala Sang surya beranjak perlahan
Tinggalkan lembar hari warna warni
Menatap bayang keemasan pada riak air beriak
Dahulu kala begitu masih belia
Pernah terukir kenangan di-batasan harinya
Bersamaku dia yang telah begitu jauh kini
Betapa aku ingin bertemunya
Bersamanya kembali bernostalgia
Tentang hari, tentang indahnya kebersamaan dulu
Tentang apapun yang menjadikanku s’lalu bermimpi
Tentang segala yang membuatku kerap teringat padanya
Pada untaian rambutnya yang terurai keemasan, bak mentari
Pada tatapan matanya nan teduh bagai senja hari
Pada tawanya, pada candanya pada kesedihannya, dan
Kepada apapun yang ia miliki dibatasan kesendiriannya

Sahabat !!!!

Dia sahabatku ……
Masih tetap sahabatku, hingga kini
Seseorang yang membawa tawa kala hati nelangsa
Yang menerimaku apa adanya kala penuh luka
Kemarin ia bercerita padaku …
Hatinya tengah gundah
Ia kini menjadi pelarian, menjadi yang diburu
Membawa barang haram, tertangkap tangan
Terus berlari ia, hingga kini tanpa arah
Istri dan anaknya terlupakan, terabaikan
Dan tak lagi kini dapat bercanda bersama keluarga
Seperti yang kerap kulihat ketika bertamu
Beberapa waktu sering ia menghubungiku
Bercerita tentang dosanya, tentang penyesalannya
Dan tentang apapun yang membuatnya tak berdaya
Aku terharu
Tapi apa yang dapat kubuat
Dia masih tetap sahabatku, hingga kini
Tak tergantikan, meski lembar hidupnya
T’lah separuh menghitam kelam
Hanya sepenggal Doa kala hendak terlelap
Yang bisa kuuntai untukmu, Sahabatku
Untuk penghujung hari yang mungkin akan kau temui
Tetaplah berteguh dengan keyakinanmu
Agar kelak dapat bertemu dengan indahnya hari
Meski tanpa lagi ditemani sang Mentari
Begitu terasa sepi
Begitu terasa hampa mendalam
Disaat-saat malam menjelang fajar
Aku sendiri, seorang diri kini
Kasihku pergi tinggalkan keping hati tak berupa
Masihkah ada ingatannya untukku
Berapakah sisaku untuk kembali bertemunya
Apa dapat kembali berbentuk segalanya
Segala yang telah terberai
Dengan apa, dengan cara apa
Dengan rupa apa aku dapat menatanya